Sejarah berdirinya IPSNU PAGAR NUSA ini pada umumnya dilatarbelakangi oleh perasaan gelisah yang dirasakan oleh para ulama terutama perguruan pencak silat yang kala itu tidak ada suatu wadah yang menaungi perguruan pencak silat berakhidah ahlussunah wal jama'ah annadliyah yang jumlahnya tidak sedikit, jadi sangat disayangkan jika perguruan pencak silat di lingkungan NU kala itu tidak ada wadah tersendiri untuk bersatu dalam suatu wadah. Lantas suatu ketika pendekar asal Ponorogo, Jawa Timur Yaitu Drs. KH. Muhammad Nur Aziz (guru besar Batara Perkasa) yang mempunyai gagasan untuk mendirikan sebuah wadah khusus perguruan pencak silat di kalangan NU, karena beliau terinspirasi dari organisasi Islam Muhammadiyah yang memiliki organisasi otonom yaitu Tapak Suci sedangkan Nahdlatul Ulama belum memiliki dikala itu.
Lantas kemudian dari situlah Akhirnya Drs. KH. Muhammad Nur Aziz menyampaikan gagasannya ke KH. Lamro Asyhari Muridnya sendiri yang ada di Tebuireng Jombang dan beliau mengutusnya untuk menyampaikan gagasan beliau ke para kiyai dan pendekar NU khususnya di Jawa Timur.
Kemudian KH. Lamro Asyhari,bersama Gus Reza Fahlevi beserta Gus Khamim Kohari dan para pendekar tebuireng lainnya membentuk panitia untuk mempersiapkan pertemuan pertama pada tanggal 27 September 1985 M, setelah itu para ulama dan pendekar pencak silat menghadiri undangan panitia dan melaksanakan musyawarah pertama di Pesantren Tebuireng, Jombang dan beragenda seleksi pencak silat antar perkasya yang dihadiri kurang lebih 25 peserta untuk mendirikan sebuah organisasi yang berafiliasi kepada Jam'iyah Nahdlatul Ulama dengan tujuan khusus untuk mewadahi dan mengembangkan kemampuan di bidang pencak silat.
Dengan adanya musyawarah tersebut telah didapatkan hasil musyawarah sebagai berikut;
MENGINGAT
1. Banyaknya warga Nahdlatul Ulama dalam dunia persilatan yang lemah aqidah dan syari'ahnya sehingga keimanan mereka rusak dan sesat karena mengguna kan mantra-mantra persilatan yang mengakibatkan kekufuran.
2. Seringnya terjadi permusuhan berdarah antar sesama perguruan pencak silat yang beridentitas Nahdlatul Ulama di daerah-daerah karena kurangnya pengertian ukhuwwah Islamiyah diantara mereka.
3. Belum terkordinirnya warga bela diri Pencak Silat Nahdlatul Ulama dalam satu atap, padahal jumlah mereka cukup banyak dan potensial.
4. Perlunya melestarikan nilai budaya bangsa dan budaya Umat Islam melalui seni beladiri pencak silat, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah pembentukan mental remaja Islam yang tangguh dalam menghadapi tantangan
MENIMBANG
1. Perlu adanya penerangan aqidah dan syari'ah yang benar pada warga Nahdlatul Ulama yang berkecimpung dalam bela diri pencak silat secara terencana dan menyeluruh.
2. Kewajiban umat Islam (nahdlatul Ulama) untuk mempersatukan perguruan bela diri pencak silat yang beridentitas Nahdlatul Ulama di daerah-daerah sebagai usaha mencegah terjadinya permusuhan antar perguruan yang tidak diinginkan.
3. Pentingnya kordinasi perguruan bela diri pencak silat dalam naungan NU sebagai sarana da 'wah yang effisien.
MEMUTUSKAN
1.Musyawarah setuju membentuk Organisasi bela diri Pencak Silat dalam naungan nahdlatul Ulama.
2. Langkah-langkah berikutnya musyawarah memohon kepada Pengurus Nahdlatul ulama Jawa Timur agar berkenan mewujudkan hasil musyawarah tersebut bersama tim yang dibentuk musyawarah
3. Tim musyawarah terdiri dari:
Ketua :
H.Maksum Jauhari (Lirboyo kediri)
Wakil ketua :
H.Abd.Rahman Ustman (Tebuireng Jombang)
Anggota ;
1.Muhamad Sulthoni (Ponorogo)
2. Syamsul Anam (Nganjuk)
3. Lamro Asyhari (Tebuireng)
4. Mahfudz (Pasuruhan)
5.Mustaqien (Gresik)
Tebuireng 27 September 1985
Mengetahui ketua tim
M.Ma'shum Jauhari.
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Ahmad Musta'in Syafi'i Imam Toha Mansyuri
Sumber; arsip musyawarah ke I Tebuireng 27 September 1985
Komentar
Posting Komentar